Minggu, 06 Maret 2016

Adu Cepat 3 LRT Sambut Asian Games 2018, Siapa Jawaranya?

Adu Cepat 3 LRT Sambut Asian Games 2018, Siapa Jawaranya?

Adu Cepat 3 LRT Sambut Asian Games 2018, Siapa Jawaranya? Foto: proyek LRT Jabodetabek (Agung Pambudhy-detik)
Jakarta -Pemerintah pusat dan pemerintah daerah tengah membangun moda transportasi massal berbasis kereta ringan (Light Rail Transit/LRT) untuk menyambut pagelaran olahraga negara-negara Asia atau biasa disebut Asian Games 2018. Proyek ini juga dirancang untuk mengurai kepadatan lalu lintas.

Setidaknya dirancang 3 proyek LRT yang disiapkan untuk pagelaran Asian Games, di antaranya LRT Jabodetabek, LRT dalam kota Jakarta, dan LRT Palembang.

Jakarta dan Palembang sendiri pada tahun 2018 akan menjadi tuan rumah Asian Games. Untuk tanggung jawab, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) membiayai proyek LRT Jabodetabek yang dikembangkan oleh PT Adhi Karya Tbk (ADHI) sepanjang 42,1 Kilometer (Km) dan LRT Palembang yang dikembangkan oleh PT Waskita Karya Tbk (WSKT) sepanjang 23 Km.

Meski LRT Jabodetabek rute Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang dan Cawang-Dukuh Atas telah groundbreaking lebih dahulu pada tanggal 9 September 2015 dari pada LRT Palembang, namun LRT Palembang memiliki progres pekerjaan fisik di atas LRT yang dibangun oleh Adhi Karya.

"Kalau LRT Palembang sudah progres 4,2% sedangkan LRT Jabodetabek baru 2%. Kalau yang DKI, sebaiknya ditanyakan langsung ke Pemprov," kata Kepala Sub Bagian Humas dan Kerja Sama Luar Negeri Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Joice Hutajulu, kepada detikFinance, Minggu (6/3/2016).

Alasannya, LRT Jabodetabek harus dilakukan sinkronisasi dengan sistem dan jalur LRT dalam kota DKI Jakarta yang bakal dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta,  PT Jakarta Propertindo atau Jakpro. Pembahasan singkronisasi ini pada Jumat kemarin (4/3) sempat dihentikan karena Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan dan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Purnama masih berbeda pandangan tentang standar kereta yang dipakai.

Meski LRT Palembang lebih unggul dari sisi progres, Joice mentargetkan proyek LRT Jabodetabek senilai Rp 23,81 triliun dan Palembang senilai Rp 11,49 triliun yang dibiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) bisa rampung pada Semester-I 2018 atau sebelum pagelaran Asian Games.

"Intinya semua diharapkan selesai sesuai target. Palembang lebih cepat karena tidak perencanaan yang berbarengan. Kalau Jabodetabek kan perlu koordinasi dan harmonisasi terhadap beberapa rencana yang berjalan," sebutnya.

Selain itu, ada potensi rute Bekasi Timur-Cawang sedikit terganggu karena jalur LRT bersinggungan dengan jalur kereta cepat Jakarta-Bandung. Sebagai solusi, jalur LRT digeser sehingga berpotensi membutuhkan waktu untuk pembebasan lahan.

Sementara itu, tujuh rute LRT dalam kota DKI yang menjadi tanggungjawab Pemprov DKI Jakarta sama sekali belum ada tanda-tanda bakal dimulai. Saat ini, LRT DKI masih tahap studi kelayakan (Feasibility Study/FS) yang dilakukan oleh Jakpro.

"Masih menunggu hasil FS dari Jakro. Jadi belum ketahuan (kapan groundbreaking) karena semua bergerak berdasarkan FS," kata Kepala UPT LRT Dishubtrans DKI Jakarta, Emmanuel Kristanto kepada detikFinance.

Jadi LRT manakah yang paling cepat jadi sebelum pagelaran Asian Games 2018?

sumber : http://finance.detik.com/read/2016/03/06/183032/3158657/4/adu-cepat-3-lrt-sambut-asian-games-2018-siapa-jawaranya?f9911023

Kamis, 03 Maret 2016

Presiden Tinjau Pembangunan Jalur Kereta

Presiden Tinjau Pembangunan Jalur Kereta

Kamis, 3 Maret 2016 11:13 WIB | 140 Views
Presiden Tinjau Pembangunan Jalur KeretaPresiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Seskab Pramono Anung (kanan), dan Plt Gubernur Sumatera Utara T Erry Nuradi (ketiga kanan) mendengar penjelasan Menhub Ignasius Jonan (kedua kiri) saat meninjau pembangunan reaktivasi jalur kereta api Trans Sumatera Medan-Aceh, di Binjai, Sumatera Utara, Rabu (2/3). Presiden Joko Widodo melihat perkembangan pembangunan reaktivasi jalur kereta api Trans Sumatera Medan-Aceh antara stasiun Binjai-Stasiun Besitang sepanjang 80 km sebagai jalur moda transportasi massal untuk mengurangi kemacetan
Presiden Tinjau Pembangunan Jalur KeretaPresiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Seskab




Presiden Tinjau Pembangunan Jalur KeretaPresiden Joko Widodo berada di kereta troli ketika meninjau pembangunan reaktivasi jalur kereta api Trans Sumatera Medan-Aceh, di Binjai, Sumatera Utara, Rabu (2/3). Peninjauan Presiden Joko Widodo tersebut, dalam rangka melihat perkembangan pembangunan reaktivasi jalur kereta api Trans Sumatera Medan-Aceh antara stasiun Binjai-Stasiun Besitang sepanjang 80 km sebagai jalur moda transportasi massal untuk mengurangi kemacetan.
Presiden Tinjau Pembangunan Jalur KeretaPresiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Menhub Ignasius Jonan (kedua kanan) didampingi Plt Gubernur Sumatera Utara T Erry Nuradi (ketiga kanan), Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono (kiri) Ketua Komite II DPD Parlindungan Purba (kelima kiri) saat meninjau pembangunan reaktivasi jalur kereta api Trans Sumatera Medan-Aceh, di Binjai, Sumatera Utara, Rabu (2/3). Peninjauan Presiden Joko Widodo tersebut, dalam rangka melihat perkembangan pembangunan reaktivasi jalur kereta api Trans Sumatera Medan-Aceh antara stasiun Binjai-Stasiun Besitang sepanjang 80 km sebagai jalur moda transportasi massal untuk mengurangi kemacetan 
 
sumber  : http://www.antaranews.com/foto/96755/presiden-tinjau-pembangunan-jalur-kereta

Saat Jokowi Mencoba Kereta Airport Medan-Kualanamu

Saat Jokowi Mencoba Kereta Airport Medan-Kualanamu


Saat Jokowi Mencoba Kereta Airport Medan-Kualanamu Foto: Agus Suparto
Medan - Presiden Jokowi menjajal sarana transportasi kereta ARS (Airport Rail Service) yang menghubungkan Kota Medan menuju Bandar Udara Kualanamu. Jokowi bahkan membawa sendiri tiketnya di stasiun.

Dalam foto yang dikirimkan fotografer presiden, Agus Suparto, Kamis (3/3/2016), Jokowi terlihat memegang tiket. Kemudian dengan tiket itu masuk ke dalam area stasiun.
foto: Agus Suparto

Jokowi ditemani sejumlah menteri dan pejabat, antara lain Menhub Ignasius Jonan, Seskab Pramono Anung, Menteri PU-PR Basuki Hadimuljono, dan Pjs Gubernur Sumut. Jokowi berjalan menuju kereta yang akan membawa ke Kualanamu.

Jokowi duduk sendiri, di depannya duduk Menhub dan seorang pejabat. Jokowi terlihat berbincang dengan para menteri.
foto: Agus Suparto

"Ya ini nantinya airport harus terkoneksi dengan transportasi massal, entah kereta api, LRT, trem, bus," kata Jokowi soal alasannya menggunakan kereta begitu sampai di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara sebelumnya kepada wartawan.
foto: Agus Suparto

Kereta ARS ini adalah kereta pertama yang mempelopori secara efektif dari pusat kota menuju bandara. Setiba di Bandar Udara Kualanamu, rombongan Presiden Joko Widodo langsung bertolak menuju Sumatra Selatan menggunakan pesawat Kepresidenan Indonesia 1, guna meninjau proyek LRT Zona 1 di Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II Kota Palembang dan pembangunan jalan tol Palembang - Indralaya.

foto: Agus Suparto
 
sumber : http://news.detik.com/berita/3156844/saat-jokowi-mencoba-kereta-airport-medan-kualanamu

Rabu, 02 Maret 2016

Naik Kereta ke Bandara, Jokowi: Naik Transportasi Massal Harus Jadi Budaya


Naik Kereta ke Bandara, Jokowi: Naik Transportasi Massal Harus Jadi Budaya Presiden Jokowi memberikan keterangan kepada wartawan di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumut, Kamis (3/3/2016). Foto: M Iqbal/detikcom
 
Deli Serdang - Presiden Joko Widodo memilih naik kereta api (Airport Railink Services) dari Kota Medan menuju Bandara Internasional Kualanamu dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Jokowi bahkan membawa sendiri tiketnya di stasiun.

"Ya ini nantinya airport harus terkoneksi dengan transportasi massal, entah kereta api, LRT, trem, bus," kata Jokowi soal alasannya menggunakan kereta begitu sampai di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (3/3/2016).

Menurut Jokowi, pembangunan transportasi massal harus dari sekarang, terutama kota-kota besar di Indonesia. Meskipun dalam jangka 5-10 tahun setelah pembangunan, moda transportasi tersebut belum banyak diminati

"Karena ini kan membangun sebuah culture, budaya agar orang senang naik transportasi massal. Apalagi di kota besar yang sudah macet," ujarnya.

Jokowi menegaskan pemerintah sudah punya standar untuk pembangunan transportasi massal. Hanya saja perlu pengembangan perencanaannya.

"Yang mau selesai Lampung, Minangkabau Padang, dan tahun depan Soekarno-Hatta dan Palembang selesai. Yang lain juga akan sama seperti itu," kata Jokowi.

"Jangan semua pakai mobil pribadi ke airport, ndak itu. Harus diubah kultur itu, harus diubah. Semua kota terutama kota besar arahnya ke sana (transportasi massal)," tegas mantan Gubernur DKI itu,

Jokowi bertolak dari Kota Medan menuju Bandara Internasional Kualanamu dengan berkereta. Iring-iringan mobil Presiden Joko Widodo meluncur dari Hotel JW Marriot, Medan, tempat Jokowi menginap selama dua hari ini, menuju stasiun Medan yang berjarak hanya sekitar 10 menit.

Setibanya di stasiun Medan, sekitar pukul 09.45 WIB tadi, Jokowi menyempatkan meninjau layanan di stasiun Medan.  Jokowi lebih dulu mengecek penjualan tiket untuk mendapatkan tiketnya sendiri.

Jokowi didampingi Seskab Pramono Anung, Menteri perhubungan Ignasius Jonan, Menteri PUPERA Basuki Hadimuljono, Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi, Kapolda Sumut Irjen Pol Ngadino, Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen L Pusung.

Dari bandara Kualanamu, Jokowi terbang menuju Palembang dengan pesawat Kepresidenan untuk meninjau pembangunan LRT dan tol. Sekitar pukul 12.55 WIB Jokowi tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

sumber : http://news.detik.com/berita/3156621/naik-kereta-ke-bandara-jokowi-naik-transportasi-massal-harus-jadi-budaya

Jalur kereta api Muaro-Pekanbaru

Jalan Kereta Api Muaro-Pekanbaru adalah jalur kereta api nonaktif antara Muaro dan Pekanbaru sepanjang 220 kilometer yang dibangun pada masa Perang Dunia II oleh Tentara Pendudukan Jepang.
Jalan kereta api dari Muaro ke Pekanbaru di provinsi Riau dibangun pekerja paksa antara bulan September 1943 dan Agustus 1945. Jalur ini dikerjakan oleh romusha dan Tawanan perang Belanda. Menurut laporan Palang Merah Internasional, sekitar 80.000 dari 102.300 orang romusha yang didatangkan dari Jawa meninggal dan sekitar 700 orang tawanan perang Eropa meninggal.

Latar belakang

Rencana pembangunan jalur KA antara Muaro dan Pekanbaru sudah dimulai sejak awal abad 20, namun karena berbagai hal Pemerintah pusat di Belanda belum tertarik untuk menindaklanjuti rencana ini.
Pada tahun 1920, Staatsspoorwegen melanjutkan kembali penjajakan yang telah dilakukan sebelumnya. SS menugaskan Ir. W.J.M. Nivel untuk mengkaji dan meneliti kemungkinan dibangunnya jalur kereta api ke pantai timur Sumatera. Dia menuliskan laporan penelitian dan pedoman teknis pembangunan jalur ini dalam dokumen Staatsspoorwegen no.19 tahun 1927.
Akhirnya rencana pembangunan jalur KA ini ditunda setelah mempertimbangkan bahwa eksploitasi jalur KA ke arah Pekanbaru yang sebagian besar hanya mengandalkan Batubara maka menurut perhitungan, biaya pembangunan tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh dari eksploitasi. Selain itu, medan yang dilalui cukup berat dan banyaknya sarang nyamuk malaria yang dapat membuat biaya pembangunan membengkak.
Namun pada saat masa pendudukan Jepang, jalur Muaro-Pakanbaru menjadi prioritas utama karena kebutuhan energi batubara untuk perang yang amat mendesak. Lebih dari itu, Jepang memiliki sumber daya manusia yang banyak dan murah, yaitu romusha dan tawanan perang.

Konstruksi

Pada bulan Maret 1943, rombongan romusha pertama tiba di Pekanbaru. Mereka bertugas membangun emplasemen di Pakanbaru untuk mempermudah pembangunan jalur KA menuju pedalaman.
Material rel dan bantalannya diambil dari Deli Spoorweg Maatschappij di Sumatera Utara. Namun ada juga pekerja yang melihat adanya materian dari Malang Stoomtram Maatschappij.
Jepang juga mengambil kendaraan rel dan pegawai dari DSM. Ada 3 lokomotif DSM yang diambil. Dua diantaranya adalah lokomotif 1B1 buatan Hanomag.
Pembangunan jalan rel dibangun secara asal-asalan karena masing-masing Tentara Jepang dan romusha tidak mengerti bagaimana cara membangun jalan rel yang baik. Bantalan rel dibuat dari kayu apa saja yang ada di hutan, sehingga bantalan-bantalan tersebut pecah saat rel ditancapkan pada kayu tersebut.
Apabila jalan rel melintasi rawa, rawa tersebut hanya diuruk ala kadarnya tanpa dipadatkan, sehingga tanah ini sangat rawan ambles apabila dilewati Kereta Api.
Jembatan rel yang dibangun pun dibuat seadanya sehingga konstruksi jembatan amat rapuh dan bisa saja ambruk sewaktu-waktu.
Di daerah Logas, menurut para insinyur SS seharusnya dibangun Terowongan menembus Bukit Barisan. Tetapi tentara Jepang tidak mengindahkan pendapat para Insinyur SS dan sebaliknya membuat jalur memutar di samping jurang dan membuat Talud yang konstruksinya amat buruk. Beberapa saat sebelum Jepang menyerah Kereta yang ditumpangi para romusha anjlok di tempat ini dan jatuh ke jurang.

Daftar Stasiun / KAMP

Lihat Pula

Pranala luar

Referensi

  • Majalah Kereta Api edisi 87, Oktober 2013.
  • Op Dood Spoor. Hovinga, Henk. 2013.
Tugu Rel Kereta Api Sumatera di National Memorial Arboretum di Alrewas, Inggris
Rel Kereta Api Sumatera, kadang disebut Rel Kereta Api Pekanbaru, adalah proyel rel kereta api Kekaisaran Jepang di Sumatera semasa Perang Dunia Kedua. Jalur ini rencananya akan menghubungkan Pekanbaru dengan Muaro untuk memperkuat infrastruktur militer dan logistik bagi transportasi batu bara dan tentara. Jepang memimpin pembangunan rel kereta sejauh 220 km dari Pekanbaru sampai Selat Malaka menggunakan tenaga kerja paksa dan tahanan perang. 6.500 tahanan perang Belanda, kebanyakan Indo-Eropa, dan Britania Raya ditambah lebih dari 100.000 romusha Indonesia, kebanyakan suku Jawa, dikerahkan oleh militer Jepang. Saat proyek ini rampung bulan Agustus 1945, hampir sepertiga tahanan perang Eropa dan lebih dari separuh kuli Indonesia telah meninggal dunia.
Rel kereta ini bertujuan sebagai media pengangkutan batu bara dan tentara dari Pekanbaru ke rel kereta api lain di Muaro di barat pulau Sumatera. Pembangunan rel selesai pada 15 Agustus 1945. Rel ini hanya sekali digunakan untuk membawa tahanan perang keluar dari wilayah tersebut, lalu dibiarkan tertutup hutan.[1]

Kesaksian

George Duffy, satu dari 15 tentara Amerika Serikat sekaligus penyintas MS American Leader yang tenggelam, menceritakan kehidupan dan kematian tahanan perang di MemoryArchive: malaria, disentri, pelagra, dan malnutrisi/beri-beri adalah penyakit utama yang diakibatkan oleh kerja berlebihan dan perlakuan tak layak. Katanya, "harapan hidup rata-rata 700 [tahanan perang] yang tewas dalam proyek ini adalah 37 tahun 3 bulan."[2]

Warisan

Rel kereta ini tidak pernah dimanfaatkan sepenuhnya dan masih terbengkalai.[3] Di tempat lain, Jepang memerintahkan pembangunan rel kereta api Burma dan rel kereta api Tanah Genting Kra (dari Chumphon ke Kra Buri).
Tugu Rel Kereta Api Sumatera (Sumatra Railway Memorial) dibuka pada Hari Kemenangan Atas Jepang tahun 2001 di National Memorial Arboretum di Alrewas, dekat Lichfield, Staffordshire, Inggris. Tugu ini memperingati kurang lebih 5.000 tahanan perang dan 30.000 pekerja lokal yang dipaksa membangun proyek rel kereta api Sumatera sejauh 140 mil. Tugu ini terletak dekat Far East Prisoners of War Memorial Building.[1] Pembukaan tugu tersebut dihadiri oleh mantan tahanan perang, duta besar Jepang untuk Britania Raya (Sadayuki Hayashi), dan meliputi peletakan batu perdamaian dan penanaman pohon sebagai simbol perdamaian.[1]

sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Jalur_kereta_api_Muaro-Pekanbaru

Kereta Api Sumatera Barat


PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional II Sumatera Barat adalah divisi regional (divre) kereta api yang mengoperasikan kereta api di seluruh wilayah provinsi Sumatera Barat.

Gambaran Umum

Divre ini merupakan wilayah layanan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang cukup kecil sebab hanya mengoperasikan satu kereta api penumpang reguler, yaitu KA Sibinuang. Namun, divre ini memiliki jalur rel bergerigi seperti yang ada di Ambarawa, yang beroperasi di daerah pegunungan. Namun jalur tersebut hanya dioperasikan untuk kepentingan pariwisata. Ada juga jalur kereta api yang melintasi pinggir danau Singkarak. Pemandangan alam dari jalur kereta api wisata sangat indah. Dahulu juga ada rel KA menuju Bukit Tinggi hingga Payakumbuh, namun sekarang jalur tersebut sudah tidak beroperasi dan kebanyakan relnya sudah hilang. Bekas relnya masih bisa dilihat pada pinggiran jalan raya lintas Pariaman-Bukit Tinggi-Payakumbuh. Sisa-sisa jembatannya juga masih terlihat.

Layanan Kereta Api

Kereta api Sibinuang di Stasiun Padang.

Kereta Api Penumpang dan Wisata

  • KA Sibinuang (Reguler), kelas Ekonomi AC (Padang - Pariaman)

Pengangkutan Barang

  • KA Semen dalam bentuk curah PT Semen Padang (Indarung - Teluk Bayur)
  • KA Klinker PT Semen Padang (Teluk Bayur-Indarung) Rencana
  • KA Pasir Pozzolan (Kayu Tanam-Indarung) Rencana

Stasiun kereta api

Penyimpanan, Perawatan, dan Perbaikan Kereta Api

Balai Yasa Padang

Balai Yasa (BY) merupakan institusi KAI di Divre II yang bersifat multifungsi untuk perawatan dan perbaikan lokomotif, kereta penumpang, dan gerbong barang. Terletak satu kompleks dengan Dipo Lokomotif Padang (PD).

Dipo Lokomotif Padang

Sebagaimana Daop atau Divre pada umumnya, pastinya memiliki dipo lokomotif ataupun sub-dipo. Dipo lokomotif Padang belum memiliki lokomotif CC, namun dipo ini memiliki lokomotif yang dapat dioperasikan di rel bergerigi dan satu-satunya divre yang mengoperasikan lok ini, yaitu BB204. Lokomotif yang ada di dipo ini contohnya BB306, BB303.

Dipo Gerbong

  • Bukitputus (BKP)
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Divisi_Regional_II_Sumatera_Barat

Kereta Api Sumatera Utara dan Aceh

Sejarah

Deli Spoorweg Maatschappij dan Atjeh Tram

J.T. Cremer, manajer Deli Maatschappij, adalah penginisiatif pengembangan jalur kereta api di Tanah Deli. Ia menyarankan agar pembangunan jalur kereta api dibuat sesegera mungkin untuk memperlancar perdagangan ekspor di lingkungan perkebunan Deli, serta mengembangkan jalan yang menghubungkan Medan-Berastagi. Selain itu, dilatarbelakangi pula dengan berlakunya Undang-Undang Agraria 1870 yang mengizinkan penguasa kolonial Belanda menyewa tanah dalam jangka waktu yang lama dan tidak hanya diprioritaskan pada sektor perkebunan. Adanya Belawan sebagai pelabuhan ekspor komoditas ke Eropa juga turut andil dalam percepatan pembangunan jaringan jalur kereta api di Sumatera Utara dan Timur. Kecuali itu, angkutan sungai dinilai cukup lambat dalam pengeksporan.
Pada tanggal 23 Januari 1983, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, direalisasikanlah permohonan konsesi izin dari Pemerintah Kolonial untuk membangun jalur kereta api Belawan-Medan-Delitua-Timbang Langkat (Binjai). Baru enam bulan kemudian, konsesi tersebut dipindahtangankan dari Deli Maatschappij, ke perusahaan yang baru dibentuk, bernama Deli Spoorweg Maatschappij (DSM). Jalur pertamanya adalah Medan-Labuhan yang selesai 25 Juli 1886.
Rupanya, ekspansi pengusaha perkebunan telah turut andil dalam pengembangan perkeretaapian di Tanah Deli. Pada tahun 1888, kawasan Deli, Belawan, dan Binjai telah terhubung dengan rel kereta api. Tercatat Tjong A Fie—miliarder Medan saat itu—sebagai donatur dalam pembangunan jalur Medan-Belawan. Tahun 1902-1904 jalur Lubukpakam-Bangunpurba telah dibangun. Berikutnya, 1916, dibangun jalur Medan-Siantar dalam rangka pengangkutan teh dari perkebunan teh Siantar. Sementara itu, jalur Kisaran-Rantauprapat dibangun tahun 1929-1937.
Maju dari kereta apinya, DSM berinisatif menghubungkan jalurnya itu ke jalur milik Atjeh Tram di Aceh, serta ke jalur milik Staatsspoorwegen ter Sumatra's Westkust di Sumatera Barat yang keduanya dikuasai oleh negara. Selain itu ada ide untuk mengembangkan jalur Trans-Sumatera, namun tidak terealisasi seiring memanasnya hubungan Indonesia-Belanda pada tahun 1940.

Pasca-kemerdekaan

Pada tanggal 28 September 1945, Djawatan Kereta Api Republik Indonesia berhasil dibentuk. Padahal, di Sumatera Utara DSM masih mempergunakan namanya dan sempat pula ada istilah Kereta Api Soematra Oetara[2] yang merupakan operator terpisah. DSM dan Kereta Api Soematra Oetara kemudian dimerger dengan Djawatan Kereta Api dan dibentuklah Eksploitasi Sumatera Utara yang kini menjadi Divisi Regional I Sumatera Utara dan Aceh.

 

Daftar stasiun

  1. Stasiun Medan (MDN)
  2. Stasiun Medan Pasar (MDP)
  3. Stasiun Gedong Malang (GOA)
  4. Stasiun Bandar Khalipah (BAP)
  5. Stasiun Batang Kuis (BTK)
  6. Stasiun Araskabu (ARB) (percabangan ke Bandara Kualanamu)
  7. Stasiun Lubuk Pakam (LBP)
  8. Stasiun Perbaungan (PBA)
  9. Stasiun Lidah Tanah (LDT)
  10. Stasiun Teluk Mengkudu (TKD)
  11. Stasiun Rampah (RPH)
  12. Stasiun Bamban (BMB)
  13. Stasiun Tebing-Tinggi (TBI)
  1. Jalur kereta api Araskabu-Kuala Namu
  2. Stasiun Araskabu (ARB)
  3. Stasiun Bandara Kuala Namu (KNM)
  1. Stasiun Tebing-Tinggi (TBI)
  2. Stasiun Lauttador (LTD)
  3. Stasiun Payapinang (PYP)
  4. Stasiun Kertaraya (KRY)
  5. Stasiun Bandartinggi (BDT)
  6. Stasiun Rajasari (RJI)
  7. Stasiun Seilama (SIM)
  8. Stasiun Likudi (LKU)
  9. Stasiun Tulungular (TLGR)
  10. Stasiun Batubara (BTA)
  11. Stasiun Tebingemak (TGK)
  12. Stasiun Batubarabaru (BTR)
  13. Stasiun Hajilimang (HJG)
  14. Stasiun Bahliaslama (BA)
  15. Stasiun Tanjungtenggara (TEG)
  16. Stasiun Seisuka (SSA)
  17. Stasiun Lubuksaling (LBS)
  18. Stasiun Langsat (LST)
  19. Stasiun Sibolga (SBG)
  20. Stasiun Panggungan (PGU)
  21. Stasiun Limas (LIM)
  22. Stasiun Tanjungtinggi (TGT)
  23. Stasiun Kertabaru (KTB)
  24. Stasiun Kepatang (KTG)
  25. Stasiun Pendrikan (PDRK)
  26. Stasiun Penerangan (PNE)
  27. Stasiun Tanjungindah (TJI)
  28. Stasiun Bersatu (BRT)
  29. Stasiun Sapulidi (SLI)
  30. Stasiun Bahlias (BHI)
  31. Stasiun Kotabulan (KBN)
  32. Stasiun Barujaya (BJA)
  33. Stasiun Morawa (MOW)
  34. Stasiun Bulansari (BNR)
  35. Stasiun Gunungsutan (GNT)
  36. Stasiun Perlanaan (PRA)
  37. Stasiun Seibandan (SBN)
  38. Stasiun Seimelayu (SLU)
  39. Stasiun Seirambutan (SRT)
  40. Stasiun Limapuluh (LMP)
  41. Stasiun Dusun (DSU)
  42. Stasiun Gunungputra (GPR)
  43. Stasiun Sei Bejangkar (SBJ)
  44. Stasiun Bunut (BUU)
  45. Stasiun Sulaiman (SLM)
  46. Stasiun Seibaru (SEB)
  47. Stasiun Petanggulan (PEL)
  48. Stasiun Tanjungtanggul (TTG)
  49. Stasiun Kisaranbaru (KISR)
  50. Stasiun Kisaran (KIS)
  1. Stasiun Kisaran (KIS)
  2. Stasiun Henglo (HL)
  3. Stasiun Teluk Dalam (TUK)
  4. Stasiun Puluraja (PUR)
  5. Stasiun Aekloba (AKB)
  6. Stasiun Membang Muda (MBM)
  7. Stasiun Situngir (SIU)
  8. Stasiun Pamingke (PME)
  9. Stasiun Padang Halaban (PHA)
  10. Stasiun Marbau (MBU)
  11. Stasiun Rantau Prapat (RAP)
  1. Stasiun Kisaran (KIS)
  2. Stasiun Cabai (CI)
  3. Stasiun Karangbaru (KGU)
  4. Stasiun Tanjungraja (TJG)
  5. Stasiun Bedagai (BDG)
  6. Stasiun Kajapanan (KAN)
  7. Stasiun Pembangunan (PEA)
  8. Stasiun Tanjung Balai (TNB)
  1. Stasiun Tebing-Tinggi (TBI)
  2. Stasiun Bajalingge (BJL)
  3. Stasiun Dolok Merangir (DMR)
  4. Stasiun Siantar (SIR)
  1. Stasiun Medan (MDN)
  2. Stasiun Pulu Brayan (PUB)
  3. Stasiun Titi Papan (TTP)
  4. Stasiun Labuhan (LBU)
  5. Stasiun Belawan (BLW)
  1. Stasiun Medan (MDN)
  2. Stasiun Binjai (BIJ)

SUMBER :  https://id.wikipedia.org/wiki/Divisi_Regional_I_Sumatera_Utara_dan_Aceh